Minggu, 22 September 2013

Mama Abdul Jabar

image
RIWAYAT SINGKAT
KH. AMILIN ABDUL JABAR


Kata Pengantar
Segala puji dan syukur di sertai kerendahan hati kehadirat Alloh SWT, Dzat Asmanya Abdul Jabar. Kami menyusun, menulis dan merangkum Riwayat hidup KH. AMILIN ABDUL JABAR (Mama Iming (Alm)). Dengan segala kekurangan, kehilafan, atau pun kealfaan, Alhamdulillah rangkuman riwayat hidup beliau terlaksana kami susun dan seandainya dalam penyusunan / penulisan ada bahasa yang kurang tepat, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian semoga riwayat hidup beliau ini akan memberikan keyakinan penuh bagi kita semua yang sepaham, sepengertian dan seaqidah dalam mempelajari Ilmu Pengertian Asma Abdul Jabar.




RIWAYAT SINGKAT
KH. MAMA AMILIN ABDUL JABAR


KH. MAMA AMILIN ABDUL JABAR di lahirkan pada tahun 1896 di kampung Cimencek Cintarakyat (Tjimentjek Tjintarakjat) Garut - Jawa Barat - Indonesia, Kemudian pada usia 7 tahun (tahun 1903) beliau masuk ke Sekolah Rakyat Subsidi, di Samarang Garut selama 6 tahun, lulus Sekolah Rakyat pada tahun 1909. Selanjutnya pada tahun itu juga mulai belajar mengaji Al-Qur’an (masuk pesantren) pada Ajengan ROJI di kampung Tanjung singuru Garut, pada tahun 1915 beliau melanjutkan pendidikan kepesantrenan pada Ajengan IMAM PODJAN (Garut). Setelah beliau menimba ilmu keagamaan, maka pada tahun 1921 beliau mulai memberikan pelajaran kepada anak-anak di kampung Pangsor Desa Sukarasa Kecamatan Samarang Garut. Pada tahun 1928 KH. Amilin Abdul Jabar pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah Al-Mukaromah, serta oleh IMAM SAFE’I beliau di beri gelar nama: HAJI ABDUL JABAR, lalu memperdalam Ilmu Islam Tauhid kepada Syekh Patoni serta akhirnya beliau pulang kembali ke garut. Berhubungan dengan timbulnya masa peralihan maka keadaan meminta untuk bertindak bahkan rakyat seluruhnya mrnjadi berubah, gerak dan bergejolak serta memberontak. Kesimpulannya pada tahun 1945 KH. Mama Amilin Abdul Jabar beserta kawan-kawan seluruhnya kurang lebih 3.000 (tiga ribu) orang berhijrah menuju ke kota Bandung dengan perjalanan berangsur-angsur serta bermarkas:

1. Di Jalan Kepatihan
2. Di Jalan Tikukur (Jalan HB)
3. Di Jalan Kebon manggu
4. Di Jalan Lengkong Besar

Adapun sasaran yang menjadi tujuan pertama yaitu HOTEL HOMAN, karena di hotel tersebut bisa di katakan sebagai markas besarnya tentara Belanda. Selanjutnya KH. Mama Amilin Abdul Jabar bersama kawan-kawan semuanya dalam cara melakukan tiap-tiap serangan itu bersama-sama memakai tanda (ciri) GELANG MERAH di tangan, sehingga rombongan KH. Mama Amilin Abdul Jabar di namakan “PASUKAN GELANG MERAH”.

Kemudian tibalah masanya KH. Amilin Abdul Jabar bersama seluruh pasukan GELANG MERAH mundur teratur, serta pasukan tersebut dibagi menjadi dua tempat (2 markas), Pertama bermarkas di Ujung Berung dan kedua di Majalaya, semuanya mundur secara teratur pindah ke Garut serta bermarkas di kampung Sanding Desa Sukarasa (Samarang Garut). Selanjutnya pada tahun 1946 ada pengumuman harus pergi ke Jogja dan sebagian pasukan di pimpin oleh Sdr. SURIPNO serta terbagian lagi menjelma menjadi Laskar Rakyat. Setelah pasukan itu bercerai-berai, maka pada tahun 1950 KH. Amilin Abdul Jabar dkk pergi ke Jakarta, itupun tak lama KH. Amilin Abdul Jabar dkk pun pulang kembali ke Garut (tempat kediaman dahulu). Namun oleh karena pada saat itu disekitar Garut timbul berbegai kekacauan yang dikarenakan dengan gangguan gerombolan D.I sehingga pembunuhan-pembunuhan dan pembakaran-pembakaran sangat merajalela, kesimpulannya rumah pasukan KH. Amilin Abdul Jabar sendiri pun habis terbakar. Maka oleh karena itu pada tahun 1952 pasukan KH. Amilin Abdul Jabar bersama keluarga seluruhnya pindah ke Desa Lengkong besar kota Bandung, sejak tinggal di daerah Kota Besar Bandung maka pada saat itu dengan sendirinya pasukan KH. Amilin Abdul Jabar terbentuk sebagai ketua Penasehat UKP per RI (Usaha Korban Perjuangan Rrepublik Indonesia) dan merangkap menjadi PRD Pusat (Persatuan Rakyat Desa) Pusat, yang bermamksud tunduk dan patuh kepada Pemerintah dan pendirian “beragama Islam”, serta pada saat itu KH. Amilin Abdul Jabar dkk tidak memeluk (Mengalap) Torekat dan tidak pula memberikan pelajaran Torekat. Pada tahun 1955 Mama Haji Amilin Sekeluarga pindah ke Jl. Lengkong besar Bandung, pekerjaannya kalaun siang puasa dan kalau malam Tahajud yang banyaknya 24 rakaat, 12 kali salam. Selama ada di kota Bandung banyak orang yang bertanya dan meminta tolong dalam hal penyakit, perjodohan, Pekerjaannya dsb. Siapa saja yang datang kerumah Beliau Mama Kyai Amilin selalu di layani dengan baik, mereka yang dating itu dari berbagai kalangan ada bangsa Cina bangsa Belanda , bangsa Budha apalagi orang / masyarakat Indonesia Yang tidak pernah sholat, Yang nakal baragajul, perempuan nakal semuanya selalu dipanggil oleh Mama Kyai Amilin, disayang dikasih nasehat supaya berpikir menuju jalan yang lurus di Ridhoi oleh Alloh SWT.


Kejadiannya banyak perempuan yang nakal pada insyaf menempuh jalan yang diridhoi oleh Alloh SWT. Orang-orang yang tadinya jahat, kejam dan menindas orang lemah menjadi sholeh setelah bertemu dengan Mama Kyai Amilin, selalu di bimbing supaya dekat kepada Alloh SWT. Begitu jasanya Mama Kyai Amilin selama masa hidupnya dari mulai berjuang serta memerangi kemungkaran sampai dengan member nasihat supaya orang-orang insyaf dan berfikir kembali kejalan yang benar dan lurus. Sebagaimana yang di inginkan setiap waktu “IHDINASSIROOTHOL MUSTAQQIIM.” Namun namanya juga perjuangan dalam kebaikan pasti ada orang yang pro dan ada pula yang kontra, tidak kurang-kurang penyebaran ilmu “ISTIJRAD” (Ilmu Sihir), diantaranya ada yang “kelu” penyebaran ajaran Syetan Terkutuk katanya, “Na’udzubillah Himindzalik”, mentang-mentang tidak dipikir dulu, lidah tak bertulang, mulut pun tidak dijaga. Semua yang diwiridkan oleh Mama Kyai Amilin di ambil dari ayat-ayat suci Al-Qur’an tidak ada yang melanggar hukum agama Islam. Sebab kalau sihir tidak perlu memakai Ayat-ayat Al-Qur’an, cukup dengan jangjawokan juga bisa, sebab itu dibantu oleh Syetan yaitu yang disebut “ISTIJRAD.” Mama Kyai Amilin mempunyai istri semuanya ada 10 orang. Setiap mau memadu, beliau bicara terlebih dahulu kepada istri yang tua, yang sama tua dijadikan yang kedua, ketiga, ke empat, dst dapat memilihkan. Dari kesepuluh istrinya di karuniai 23 orang anak, dan hanya dua orang anak saja yang menjadi pegawai Negri Sipil yang lainnya mengikuti jejak Mama Kyai Amilin. Anaknya ada yang tinggal di Jakarta, di Garut dan yang paling banyak tinggal di kabupaten Bandung. Semua yang datang ke Kyai Mama Amilin yang diberi bacaan dan saran tidak disebut murid tetapi cukup disebut anak saja. Semua anak-anak Mama Kyai setelah diberi bacaan dan pelajaran hukum Agama Islam, maka hasilnya dari masing-masing anak-anak itu mempunyai keahlianya yang tidak sama satu sama lainnya. Diantaranya ada yang bisa mengobati gangguan jiwa ada juga yang bisa melihat jarak jauh. Misalnya, melihat rumah seseorang bisa dari jarak jauh, ada juga yang bisa mengobati sakit gigi, mata, perut, dsb. Tetapi bacaan yang diberikan Mama Kyai semuanya sama, namun hasil yang diterima sama putra-putranya itu berbeda-beda.


Intinya hakekat Abdul Jabar hanya untuk keselamatan dan pertolongan kesesama Ummat walaupun orang itu bukan Bangsa Indonesia juga bukan agama Islam. Apabila orang tersebut minta tolong, maka kita pun harus memberi pertolongan. Bagi orang-orang yang memegang Hakekat Abdul Jabbar kalau menolong seseoarang, niatnya harus ikhlas “Lillahita’ala”. Itu wasiat dari Mama Kyai. Para Putra Mama Kyai sampai saat ini sudah menyebar bukan hanya di pulau Jawa saja, tetapi sudah di seluruh Nusantara.


Pada saat sudah mendekati waktunya Mama KH. Amilin Abdul Jabar pulang ke Rahmatulloh, Mama KH. Amilin Abdul Jabar memberi wasiat kepada istri yang tua, “Mama kalau meninggal dunia mau dimakamkan ditanah milik, setelah makam Mama selama setahun harus didirikan mesjid, perhatikan airnya jangan sampai kekurangan, sediakan kamar mandi untuk orang yang memerlukan . Tempat yang terpilih oleh Mama Kyai yaitu di Desa Dayeuh Kolot, Bojong Asih Kab. Bandung. Mesjid tersebut sepi pada waktu sholat berjama’ah, namun lama kelamaan masyarakat di daerah tersebut mulai berpikir , sayang sekali kalau mesjid ini tidak di pergunakan untuk kemashlahatan umat, dimanfaatkan untuk umum dan khususnya putra-putra Mama Kyai yang mau ziarah kesana. Kenapa di belakang nama Mama Kyai Amilin ditambah nama Abdul Jabbar? Sebab faham yang diwiridkan oleh Syaikhuna Mama itu dinamakan Faham Abdul Jabbar. Mama Kyai Haji Abdul Jabbar meninggalnya pada usia 66 Tahun yakni pada tahun 1962. Innalillahi Wainna Ilaihi Rooji’uun.


Keterangan lain:
Ayahanda dari KH. Mama Amilin yaitu Bapak H. Sarbini besrta Ibu Hj. Imoh mempunyai 5 (lima) Putra.
1. Bapak Idris
2. Bapak Darma
3. Bapak Iming (KH. Amilin Abdul Jabbar)
4. Bapak Ika
5. Bapak Kasidin

Mama KH Amilin Abdul Jabbar (Mama Iming) mempunyai 10 istri dan 23 putra-putri, dari istri ke satu, Yaitu Ibu Suliah mempunyai tiga anak diantaranya:
1. Bapak H. Thosin
2. Ibu S. Hapsyah
3. Ibu S. Supiyah

Dari istri kedua, yaitu Ibu Hj. Emur (Ma Ageng) mempunyai 7 anak diantaranya:
1. Bapak H. Sadiqin
2. Ibu M. Rumanah
3. Bapak U. Nasrudin
4. Bapak S. Sunarya
5. IbuCacas Kindisyah
6. Bapak I. Rosidik
7. Ibu Rusyarik

Dari istri ketiga, yaitu ibu Mu’ah mempunyai 11 anak diantaranya:
1. Bapak Uban Rukban
2. Ibu Siti Markonah
3. Bapak H. Isykak Wijaya
4. Ibu Maya Wati
5. Bapak Shobur
6. Bapak Shobar
7. Bapak Rohmat Salamet
8. Ibu Tati Sarimanah
9. Ibu Iyam Maryamah
10. Bapak Maksum
11. Ibu Siti Nurcipta

Dari istri ke empat, yaitu Ibu Ining tidak mempunyai anak
Dari istri ke Lima, yaitu Ibu Irah tidak mempunyai anak
Dari istri ke enam, yaitu Ibu Diva tidak mempunyai anak
Dari istri ke tujuh, yaitu Ibu Siti Khadijah tidak mempunyai anak
Dari istri ke delapan, yaitu Ibu Hj. Idah mempunyai anak satu yaitu Ibu Lilis Setia Wati
Dari istri ke Sembilan, yaitu Ibu Popon mempunyai anak satu, yaitu Bapak Haji Barjah Sukana
Dari Istri ke sepuluh yaitu Ibu Nawangsih tidak mempunyai anak dan wafatnya juga menghilang (tilem).


Amanat KH. Amilin Abdul Jabar sebelum wafat, beliau wafat pada hari sabtu, jam 01.15 malam, silih mulud 1962, di kediamannya Ancol Timur 3 No 20 Bandung. Beliau menyampaikan Amanat kepada keluarga di saksikan oleh mang Empuy: “Andaikan Mama meninggal, Mama minta di makamkan di dayeuh kolot tepatnya di daerah Kp. Bojong Asih Gg. Budi Asih, di tanah zariah yang di berikan oleh Bapak Nunung Suhandadan di sampingnya minta di bangun Mesjid kecil atau Moshola yang sampai sekarang Mesjid tersebut di beri nama Mesjid Al-Ma’mur Baitul Jabar. Juga bila kelak mang Empuy wafat agar di makamkandi samping makam Mama (KH. Amilin Abdul Jabar)”. Dan amanah terakhirMama untuk seluruh Ikhwan-ikhwan yang mempelajari pengertian / ilmu Asma Abdul Jabar untuk tetap menjaga dan mengamalkan dalam keimanan dan keislaman yang nyata, jangan sampai menjadi musyrik.

sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar